Selasa, 17 Januari 2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Umbi-umbian merupakan komoditas pertanian yang tersebar luas di Indonesia. Umbi-umbian merupakan salah satu sumber utama karbohidrat. Umbi adalah akar tanaman yang telah termodifikasi menjadi organ penyimpan cadangan makanan. Contoh umbi-umbian adalah ketela rambat, singkong dan kentang (Desrosier, 1988).
Singkong merupakan komoditas hasil pertanian yang banyak ditanam di Indonesia dan merupakan sumber karbohidrat yang penting setelah beras, dengan kandungan karbohidrat adalah 34,7%. Namun pada kenyataannya singkong kurang begitu dimanfaatkan. Untuk itu perlu adanya pemanfaatan singkong agar menjadi makanan yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Singkong dapat disajikan sebagai makanan pokok pengganti nasi (Jawa=tiwul), gatot, roti, biskuit, tape, pati dan berbagai macam makanan lainnya (Soetanto, 2001).
Singkong merupakan komoditas hasil pertanian, sumber karbohidrat yang penting setelah beras. Namun sesuai dengan perkembangan teknologi, singkong tidak hanya dimanfaatkan sebagai makanan saja tetapi juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri, terutama industri pellet atau makanan ternak dan industri pengolahan tepung. Industri pengolahan tepung akan menghasilkan antara lain : tepung tapioka yang merupakan bahan baku pembuatan krupuk, gula cair, industri tekstil dan sebagainya. Di samping itu di beberapa daerah, singkong dijadikan sebagai bahan makanan pokok pengganti nasi (jawa : tiwul), gatot, roti, biskuit, tape, patila dan berbagai macam makanan lainnya ( Soetanto, 2001).
Ubi kayu dapat diolah menjadi panganan yang manis jauh dari rasa aslinya yaitu tape. Tape merupakan salah satu jenis makanan hasil proses fermentasi secara anaerob dimana jamur benang dan khamir aktif didalam proses tersebut. Bisa juga menggunakan bahan lain seperti beras ketan atau lainnya yang mengandung karbohidrat. Tape yang difermentasikan akan menghasilkan alkohol.
Di Indonesia alkohol haram, karena dapat merusak tubuh selain itu dapat memabukkan. Indonesia juga mempunyai iklim yang tropis, peminuman secara berlebih akan membuat badan terasa sangat panas. Sehingga tidak cocok untuk diminum, berbeda dengan Negara subtropis alkohol berfungsi untuk menghangatkan tubuh. Maka dari itu penting untuk mengetahui kadar alkohol perlu dilakukan analisa dengan piknometer.
B.Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk :
1.Mahasiswa memahami mekanisme / proses terjadinya fermentasi alkohol.
2.Mahasiswa memahami cara analisa kadar alkohol.
3.Mahasiswa mengetahui manfaat alkohol dalam perspektif industri. 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.Ubi Kayu
Ubi kayu (Mannihot esculenta) adalah tumbuhan berbatang pohon lunak atau mudah patah. Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi mulai dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya ada gabus dan termasuk tumbuhan tinggi. Ubi kayu ketinggiannya mencapai 1-4 meter. Pemeliharaannya mudah dan produktif, dapat tumbuh subur di daerah yang ketinggiannya 1200 meter di atas permukaan air laut. Daunnya mempunyai tangkai panjang, helaian daun menyerupai telapak tangan dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau atau merah.
Ubi kayu mempunyai berbagai macam nama lain di daerah Indonesia. Dalam bahasa inggris disebut Cassava sedangkan bahasa Indonesia sendiri Ubi kayu, singkong, ketela pohon. Bahasa sunda nama lainnya Kasapen, sampeu, kowi dangdeur. Masyarakat banjar khususnya wilayah Kalimantan Selatan sebutan akrabnya adalah gumbili. Sedangkan dalam bahasa jawanya Pohon, bodin, ketela bodin, tela jendral, tela kaspo.
Ubi kayu mempunyai komposisi kandungan kimia ( per 100 gram ) antara lain : – Kalori 146 kal – Protein 1,2 gram – Lemak 0,3 gram – Hidrat arang 34,7 gram – Kalsium 33 mg – Fosfor 40 mg – Zat besi 0,7 mg Buah ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) : – Vitamin B1 0,06 mg – Vitamin C 30 mg – dan 75 % bagian buah dapat dimakan. Daun ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) : – Vitamin A 11000 SI – Vitamin C 275 mg – Vitamin B1 0,12 mg – Kalsium 165 mg – Kalori 73 kal – Fosfor 54 mg – Protein 6,8 gram – Lemak 1,2 gram – Hidrat arang 13 gram – Zat besi 2 mg – dan 87 % bagian daun dapat dimakan. Kulit batang ubi kayu mengandung tanin, enzim peroksidase, glikosida dan kalsium oksalat (Purwanti, 2006).
Tanaman ubi kayu menurut Steenis (1998) merupakan tanaman yang memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot utilissima

b.Fermentasi
Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai tinggi, seperti asam – asam organik, protein sel tunggal, antibiotika, dan biopolymer. Fermentasi merupakan proses yang relative murah yang pada hakekatnya telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk – produknya yang sudah biasa dikonsumsi manusia sampai sekarang, seperti tape, tempe, oncom, dan lain – lain (Nurhayani dkk, 2000).
Fermentasi berarti disimilasi anaerobik senyawa-senyawa organik yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme atau ekstrak dari sel-sel tersebut. Disimilasi yaitu proses pengubahan senyawa didalam sel seperti glikogen dan ATP menjadi senyawa yang tingkat energinya lebih rendah sedemikian rupa sehingga energi dibebaskan dalam proses ini. Disimilasi berlangsung di dalam sel dan produk-produknya dikeluarkan ke media sekitarnya. Disimilasi terutama menghasilkan senyawa organik, senyawa anorganik dan beberapa unsur, contohnya karbohidrat, glikosida, alkohol, asam keto, hidrokarbon, asam amino dan amina, sejumlah garam Fe, Mn, dan As, unsur karbon, belerang dan lain-lain (Gumbiro, 1987).
Menurut Dwijoseputro (1990), perkataan fermentasi sering disalin dengan perkataan peragian. Hal ini sebenarnya tidak tepat. Kata-kata ragi untuk tempe, ragi untuk tape, ragi untuk roti, ragi untuk oncom, ragi untuk membuat minuman keras itu menurut sistematika di dalam dunia tumbuhtumbuhan banyaklah yang berbeda. Secara fisiologi, ragi-ragi tersebut mempunyai persamaan yaitu menghasilkan fermen atau enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan mendapatkan keuntungan berupa energi. Adapun substrat yang mereka ubah itu berbeda-beda. Orang membatasi pengertian fermentasi hanya pada alkoholisasi dan laktasi.
Menurut Anshori (1989), proses fermentasi alkohol hanya dapat terjadi apabila terdapat sel-sel khamir. Dalam pengertian yang luas, fermentasi adalah aktivitas metabolisme mikroorganisme aerobik dan substrat organik yang cukup tinggi. Fermentasi gula oleh ragi misalnya Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan alkohol dan karbondioksida.
Berdasarkan kebutuhan oksigen, maka fermentasi dibedakan menjadi dua yaitu fermentasi aerob; proses dissimilasi bahan – bahan disertai dengan pengambilan oksigen. Proses ini disebut juga proses respirasi atau oksibiosis contohnya fermentasi asam nitrat, asam cuka dan lain – lain ( Winarno, 1979 ).

C 2H 5 OH + OH Bakteri Asam Cuka CH 3 COOH + H 2 0 + 116 KKal
Etanol Asam Cuka

Fermentasi anaerob, yaitu fermentasi yang tidak membutuhkan oksigen tetapi bahan – bahan lain akan bertindak sebagai haccaptor, misalnya aldehide atau physic acid. Mikroba yang melakukan fermentasi ini adalah yeast ( ragi ), beberapa jamur dan bakteri ( Tarigan , 1988 ). Diantara mikroorganisme etanol merupakan produk peragian gula yang paling tersebar luas. Produsen utama alcohol adalah ragi terutama dari Saccharomyces sp. Pengubahan glukosa menjadi etanol dan karbon dioksida dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

C 6 H 12 0 6 2 CO 2 + 2 C 2 H 5 OH
c.Ragi
Kata ”ragi” dipakai untuk menyebut adonan atau ramuan yang digunakan dalam pembuatan berbagai makanan dan minuman seperti tempe, tape, roti, anggur, brem dan lain-lain. Ragi untuk tape merupakan populasi campuran genus dimana terdapat spesies-spesies genus Aspergillus, genus Saccharomyces, genus Candida, genus Hansenula, sedangkan bakteri Acetobacter biasanya tidak ketinggalan. Genus tersebut hidup bersama secara sinergetik. Aspergillus dapat menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenula dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya (Dwijoseputro, 1990).
Ragi adalah suatu inokulum atau starter untuk melakukan fermentasi dalam pembuatan produk tertentu. Ragi ini dibuat dari tepung beras yang dijadikan adonan ditambah ramuan – ramuan tertentu dan dicetak menyerupai kue – kue kecil dengan diameter ± 2 – 3 cm, digunakan untuk membuat arak, tape ketan, tape ketela ( peyeum ) dan brem. Secara tradisional bahan – bahan seperti laos, bawang putih, tebu kuning, atau gula pasir, ubi kayu, jeruk nipis dicampur dengan tepung beras, lalu ditambah sedikit air sampai terbentuk adonan. Adonan ini kemudian didiamkan dalam suhu kamar selam 3 hari dalam keadaan terbuka, sehingga ditumbuhi khamir dan kapang secar alami. Setelah itu adonan yang telah ditumbuhi mikroba diperas untuk mengurangi airnya, dan dibuat bulatan – bulatan lalu dikeringkan ( Muhiddin, 2001 ).
Menurut Winarno (1994), mikroba mampu hidup pada hampir semua tempat dan keadaan serta mampu bertahan dalam berbagai keadaan dan lingkungan baik pada suhu, tekanan, pH, tingkat osmosis serta keadaan yang ekstrim. Oleh karena itu pengetahuan tentang mikroba sangat penting dikuasai oleh mereka yang bekerja atau sedang menuntut ilmu bidang pangan mikroba bersifat mikroskopis, begitu kecilnya sehingga tidak terlihat oleh mata telanjang. Mikroba terdiri dari beberapa jenis proses pengendalian mutu dan pemeriksaan makanan misalnya khamir. Khamir sejak dulu berperan dalam fermentasi yang bersifat alkohol, dimana produk utama dari metabolisme adalah etanol. Saccharomyces cerevisiae adalah jenis utama yang berperan dalam produksi minuman beralkohol seperti bir dan anggur dan juga digunakan untuk fermentasi adonan dalam perusahaan roti.

d.Ekstraksi Alkohol
Ketaren (1986) menjelaskan bahwa ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan zat dari bahan yang diduga mengandung zat tersebut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989). Shriner et al. (1980) menyatakan bahwa pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan “like dissolve like”.
Menurut Wikipedia 2011 Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan plarut Selektivitas Pelarat hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktik, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua. Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit). Kemampuan tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi. Kerapatan Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal). Reaktivitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponenkornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan. Titik didih Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop.Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).

e.Uji kadar Alkohol
Masyarakat di Indonesia sebagian besar beragama muslim yang menyatakan bahwa mengkonsumsi alkohol secara berlebih dengan kadar melebihi 10 % adalah haram. Karena hal tersebut dapat membuat orang yang mengkonsumsi mabuk dan membahayakan keselamatan jiwanya sendiri. Agar tidak terjadi simpang siurnya kandungan alkohol yang ada di Negara ini maka perlu dilakukan uji kadar lakohol.
Uji kadar alkohol bisa menggunakan alat yang telah dimodifikasi seperti piknometer yang telah dilengkapi dengan thermometer. Setelah semua proses dilakukan maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui seberapa besar uji kadar alkohol tersebut agar aman untuk dikonsumsi masyarakat Indonesia.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.Alat Dan Bahan
Dalam praktikum fermentasi alkohol kali ini digunakan alat dan bahan sebagai berikut:
1.Alat
a.Pisau 1 buah
b.Baskom 2 buah
c.Neraca analitik 1 buah
d.Panci 1 buah
e.Kompor 1 buah
f.Plastik es secukupnya
g.Piknometer 1 buah
h.Labu penyuling 1 buah
i.Kain saring 1 lembar
j.Gelas ukur 1 buah
k.Tissue secukupnya
2.Bahan
a.Ragi tape 1% dari berat singkong
b.Ubi kayu 250 gram
c.NaOH 3 N atau KOH secukupnya

B.Tempat Dan Waktu
Praktikum kali ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Analisis Kimia Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru pada hari Kamis tanggal 12 mei 2011 pukul 16.00 – 18.00 WITA.

C.Cara Kerja
1.Produksi Tape















2. Ekstraksi Tape (Skoog, 1985)










3. Uji analisis kadar Alkohol (Skoog, 1985)













BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
Hasil praktikum yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Hasil Aerob Anaerob Fakultatif
Berat jenis 0,9943 gr 0,9742 gr 0,9992 gr
Kadar etanol 3,90 % kurang dari 0% 0,53 %

B.Pembahasan
Praktikum kali ini adalah fermentasi alkohol yang bertujuan untuk memahami proses terjadinya fermentasi alkohol, menganalisa kadar alkohol dan manfaat alkohol dalam perspektif industri. Proses pembuatan fermentasi alkohol ini bahan utamanya adalah ubi kayu dengan menggunakan ragi. Setelah mendapatkan alkohol dari tape maka diektraksi. Fermentasi alkohol ini diproses dengan tiga tahapan yaitu mulai dari produksi tape sendiri, ekstraksi alkohol terakhir diuji analisis kadar alkohol dengan yang sudah ditentukan.
1.produksi Tape
Ubi kayu yang digunakan sebelumnya dikupas dari kulitnya lalu dicuci hingga bersih lalu dipotong biasa. Ditimbang berat ubi kayu sebanyak 250 gr . Dikukus setelah ditimbang pada suhu 1000C selama 20 menit, fungsi dari pengukusan itu sendiri adalah memecah ikatan pati yang berantai panjang menjadi lebih pendek selain itu tekstur ubi kayu menjadi lebih lempuk hal ini membuat proses fermentasi jadi lebih mudah. Didinginkan ubi kayu tadi dengan suhu kamar, pendinginan dilakukan agar pada saat pemberian ragi mikroba yang hidup tidak akan mati. Mikroba yang ada dalam ragi sangat rentan terhadap panas. Apabila ragi dibiarkan diberi pada saat dalam keadaan panas mikrobanya bisa mati.
Ragi diberikan sebanyak 1% dari berat ubi kayu. Sebelum diberi ragi, ubi kayu tadi dipotong secara kasar dan dadu. Sehingga untuk penyimpanan pada kondisi aerob, anaerob dan fakultatif terdapat 2 macam. Ubi kayu yang dotong secara dadu dan kasar tadi disimpan pada 3 kondisi yaitu aerob, anaerob dan fakultatif. Pada kondisi aerob, ubi kayu disimpan dalam plastik dalam keadaan terbuka tidak ditutup atau diikat. Kondisi areob plastik diikat dan disimpan pada wadah yang tertutup. Sedangkan kondisi fakultatif disimpan dalam wadah tertutup tetapi plastiknya diberi lubang. Masing-masing ubi kayu diberi label lalu difermentasikan selama 24-36 jam atau 2 sampai 3 hari.
Pada proses fermentasi tape terjadi pembentukkan bermacam-macam senyawa gula, hal ini diseababkan karena adanya kegiatan enzim – enzim yang dikeluarkan oleh mikroba sehingga menyebabkan karbohidrat terhidrolisis. Selanjutnya akan difermentasi lebih lanjut menjadi alkohol dan asam – asam organik.
Hasil yang diperoleh adalah pada kondisi aerob yang dipotong kasar dan dadu memiliki kandungan air yang berbeda. Bahkan lebih banyak menghasilkan alkohol yang dipotong secara dadu, karena partikel yang besar agak lambat mikroba masuk jadi mikroba harus memecah lagi pati lebih pendek. Sedangkang pada potongan dadu mikroba hanya perlu waktu sebentar untuk memecah pati tersebut. Hal ini juga terjadi pada kondisi anaerob dan fakultatif . Dalam kondisi aerob alkohol yang dihasilkan lebih banyak daripada kondisi anaerob dan fakultatif. Tetapi kondisi ubi kayu memiliki jamur berwarna putih baik dipotong secara kasar dan dadu. Karena kondisi keadaan yang terbuka sehingga memudahkan bakteri yang tidak diinginkan ikut hidup. Alkohol yang lebih banyak dihasilkan karena pada saat proses fermentasi mendapatkan oksigen yang berlebih maka pembuangannya yang berupa uap air berlebih juga.
Hasil pada kondisi anaerob paling sedikit menghasilkan alkohol, walaupun telah digabung antara potongan dadu dan kasar. Hal ini disebabkan karena tidak ada oksigen yang masuk. Proses fermentasi berjalan tanpa ada bantuan oksigen, sehingga peran mikroba sangat penting sekali. Sedangkan pada kondisi fakultatif, alkohol yang dihasilkan lebih banyak daripada kondisi anaerob tetapi lebih sedikit dari pada aerob. Karena, pada kondisi ini oksigen bisa masuk walaupun terbatas. Sehingga alkohol yang dihasilkan tidak terlalu sedikit.

2.Ekstraksi Alkohol
Dilakukan pemerasan untuk mendapatkan alkohol. Dipisahkan alkohol yang didapat antara kondisi aerob, anaerob dan fakultatif. Diberi label, masukaan ke dalam labu penyulingan atau biasa dikenal dengan disitilasi sebanyak 50 ml. Distilasi berguna untuk memisahkan antara alkohol dan air atau bahan lainnya.
Setelah selesai didistilasi, masing – masing alkohol diberikan KOH (karena NaOH 3 N tidak ada). Bertujuan agar memberikan kondisi yang basa (sebagai penetral) pada alkohol. Lalu disuling kembali dan ditampung sebanyak 50 ml. Dalam penyulingan ini, campuran alkohol dengan KOH dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.

3.Uji analisa kadar alkohol
Ditimbang berat piknometer kosong, lalu masukkan alkohol yang didaptkan tadi. Piknometer didinginkan dengan air dingin atau desikator sampai mencapai suhu kamar. Keringkan sisi piknometer dari air dengan tissue dan timbang beratnya. Melakukan perhitungan dengan mengurangkan berat piknometer yang berisi alkoholn dan piknometer yang kosong. Dibagi dengan piknometer berisi aquadest dikurangi berat piknometer kosong. Aquadest digunakan sebagai pembanding, karena sifatnya seperti air dan memiliki berat jenis yang lebih berat daripada alkohol. Setelah itu hasil didapatkan berat jenis kadar alkohol pada suhu kamar (200C) dari tabel yang telah disediakan.
Kadar alkohol pada kondisi aerob paling tinggi yaitu 3,90%. Pada kondisi fakultatif kadar alkoholnya 0,53 % dan pada anaerob kadar alkoholnya dibawah 0%. Alkohol pada kondisi anaerob memiliki kadar alkohol paling sedikit karena prosesnya tanpa ada oksigen. Oksigen membantu mempercepat proses fermentasi. Proses fermentasi yang dilakukan hanya 3 hari, apabila fermentasi dilakukan lebih lama maka kadar alkohol yang dihasilkan pun akan banyak. Alkohol yang dihasilkan tidak buruk karena bakteri yang tidak diinginkan tidak tumbuh bebas pada ubu kayu. Pada kondisi areob sudah jelas terjadi percepatan untuk menghasilkan kadar alkohol sehingga alkohol yang dihasilkan sangat banyak. Tetapi kondisi membuat kualitas alkohol paling buruk karena ditimbuhi oleh mikroba yang tidak diinginkan. Mikorba tersebut bisa saja sangat berbahay untuk dikonsumsi oleh manusia. Sedangkan pada kondisi fakultatif kadar alkohol yang dihasilkan tidak terlalu tinggi. Proses disini setidaknya melibatkan oksigen yang sedikitnya mempengaruhi alkohol tersebut. Alkohol yang dihasilkan lebih bagus dari aerob tetapi lebih jelek dari anaerob.

Di Indonesia minuman dengan kadar alkohol tinggi diharamkan. Alkohol apabila dikonsumsi yang meminnumnya akan merasakan panas, karena suhu di Indonesia adalah tropis sehingga tidak diperbolehkan untuk meminumnya. Apalagi dikonsumsi secara berlebih akan memabukkan orang yang meminumnya. Sedangkan di luar negeri mengkonsumsi diperbolehkan karena berfungsi untuk menghangatkan tubuh. Kondisi iklim yang subtropics membuat mereka tidak berefek besar apabila tidak dikonsumsi secara berlebih.
Walaupun alkohol di Indonesia haram tetapi dalam industri alkohol memiliki manfaat yang tinggi. Alkohol juga mempunyai banyak jenis sehingga manfaatnya bermacam-macam. Maksud dari alkohol secara umum dimasyarakat adalah etanol, sedang dari sisi kimia atau farmasi artinya gugus R-OH (R=alkil) jadi bisa metanol, etanol, propanol, butanol, dll. Alkohol berperan penting dalam industri baik farmasi, kesehatan, makanan minuman dll. Keuntungan dalam industri kesehatan atau medis adalah alkohol diperlukan dalam pembuatan obat-obatan cair seperti obat batuk, selain itu untuk pengompres luka mematikan bakteri yang ada disekitarnya, meredam rasa sakit apalagi pada saat disuntik.
Dibidang farmasi & kosmetik alkohol dipakai untuk pengawet obat cair dan pengencer parfum. Perannya dibidang kimia lebih dominan lagi karena dipakai untuk ekstraksi, pencampur reagent, dll. Sekarang juga lagi dikembangkan bahwa alkohol sebagai bahan bakar alternatif. Sedangkan industri makanan seperti tape misalnya, alkohol dari hasil fermentasi dari ragi berfungsi untuk penyegar saja.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Blog Indahnya Berbagi
Tambah Yuk
Widget by IB | Template Design

Artikel Terkait:

Widget by:IB | Template Design

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mengenai Saya

Foto Saya
Agung Supriyanto
Imajinasi adalah penguasa dunia
Lihat profil lengkapku

Daftar Blog Saya

Pengikut

© 2009 Free Blogger Template powered by Blogger.com | Designed by Amatullah |Template Design