Sabtu, 07 Januari 2012

Ansonia spinulifer

Ansonia spinulifer
Ansonia spinulifer atau lebih dikenal dengan bangkong puru berduri memiliki nama yang bermacam-macam. Nama yang berasal dari bahasa Inggris Kina Balu Stream Toad. Nama ini hanya merupakan nama tambahan agar lebih memasyarakatkan dan memudahkan dalam mengingat spesies ini, sedangkan penggunaan nama dalam bahasa latin sudah diakui oleh para ahli taxonomi untuk memberikan nama bagi setiap individu berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan.
Berbagai pendapat para ahli mengenai nama latin dari bangkong puru berduri mulai dari Ansonia spinulifer, Rana spinulifer dan Ansonia spinulifera. Dari ketiga nama diatas yang umum digunakan adalah Ansonia spinulifer. Klasifikasi dari Ansonia spinulifer adalah sebagai berikut:
Kingdom    :Animalia
Phylum        :Chordata
Subphylum    :Vertebrata
Class        :Amphibia
Subclass        :Lissamphibia
Superorder    :Salientia
Orde        :Anura
Family        :Bufonidae
Genus        :Ansonia
Species        : Ansonia spinulifer
Ciri-Ciri Morfologi Ansonia spinulifer
Semua anggota dari genus Ansonia dikenal dengan bangkong atau katak yang memiliki postur tubuh yang ramping. Salah satunya adalah Ansonia spinulifer atau dengan nama daerah yaitu bangkong puru berduri. Jenis katak ini bentuk tubuhnya kecil dan ramping, namun memiliki ukuran tubuh dan kaki-kaki yang relatife panjang. Pada kenyataannya, terdapat perbedaan yang nyata antara Ansonia spinulifer dewasa yang jantan dan betina, dimana katak dewasa betina memiliki ukuran tubuh yang lebih panjang jika dibandingkan dengan katak dewasa jantan. Ansonia spinulifer betina panjang tubuhnya mencapai 40-45 mm, sedangkan yang jantan panjang tubuhnya hanya 30-40 mm.
Ciri-ciri morfologi lain dari katak ini adalah mempunyai kepalanya yang kecil dan moncong yang ramping serta mancung. Lebar dari moncong itu sendiri sama dengan jarak antara kedua mata. Di daerah sekitar kepala terdapat canthus rostralis dengan ujung yang menonjol, tanpa ada penonjolan lainnya. Selain itu, diantara hidung dan mata terdapat daerah loreal (berupa sisik-sisik) yang bentuknya vertical, Adanya daerah interorbital di sekitar mata dimana lebarnya hampir dua kali lipat dari lebar kelopak mata atas, serta mempunyai tympanum yang nayta dan berukuran setengah dari diameter mata.
Tungkai bagian depan Ansonia spinulifer sedikit lebih pendek dari tungkai bagian belakang. Dimana ujung jari dari tungkai depan dan tungkai belakang bentuknya membulat, lembek dan tidak berselaput. Hanya bagian dasar dari jari kaki saja yang mempunyai selaput. Keadaan ini merupakan contoh dari adaptasi atau penyesuaian dari bentuk anggota tubuh dengan lingkungan tempat tinggalnya. Katak ini lebih menyukai daerah-daerah yang kering untuk habitatnya sehingga ia tidak memiliki selaput sepanjang jari kakinya (hanya pada bagian dasar jari kaki yang berselaput). Walaupun demikian, katak ini juga tidak mungkin meninggalkan air karena sudah menjadi cirinya sebagai hewan peralihan (tidak bisa lepas dari air). Jari kakinya tidak mempunyai tonjolan subarticular, yang ada hanya tonjolan yang besar, berbentuk oval dan pipih serta sebuah tonjolan kecil dibagian luar metatarsal. Tumit sejajar dengan daerah diantara mata dan tepi moncong.
Ansonia spinulifer jantan dan betina sama-sama memiliki tekstur kulit yang kasar. Keseluruhan bagian punggung ditutupi oleh tonjolan-tonjolan yang besar dan berbentuk seperti kutil yang berduri. Bagian atas tubuh dengan tonjolan ‘spinosa’ yang besar dan tidak seragam diberbagai tempat, kadang-kadang membentuk pola atau 4 garis longitudinal. Tonjolan lateral bergabung dengan dua lapisan tipis dorsolateral. Sedangkan tubuh bawah memiliki granula. Pada daerah bahu, kulitnya hanya berupa sisik-sisik kecil. Katak ini tidak mempunyai kelenjar parotoid seperti anggota dari genus Ansonia yang lainnya. Pertahanan diri hanya dengan mengandalkan lompatan yang cepat dan gesit. Semakin cepat gerakannya maka katak ini akan terbebas dari ancaman / musuh yang ada dihadapannya. Dengan tekstur kulit yang kasar maka tidak salah orang menyebut Ansonia spinulifer sebagai bangkong puru berduri.
Tubuh dan bagian atas kepala pada katak ini berwarna hitam / gelap dengan bercak-bercak yang berwarna kekuning-kuningan. Tubuh bagian atas dengan bercak-bercak berbentuk oval yang tidak beraturan dan tonjolan berwarna pink di bagian belakang. Di antara daerah bahu terdapat sisik-sisik kecil yang berwarna putih. Bagian sisi-sisi tubuh dengan corak yang berwana cerah, sedangkan bagian bawah tubuh atau permukaan perut berwarna gelap dengan bintik-bintik yang kecil berwarna cream atau berupa bintik-bintik marmer hitam yang jelas. Tungkai dengan beberapa bercak merah terang atau garis sempit yang tipis.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi di atas, dapat dilihat bahwa Ansonia spinulifer merupakan salah satu jenis katak yang memiliki ukuran tubuh yang kecil dan ramping. Hal ini merupakan wujud dari penyesuaian diri dari Ansonia spinulifer terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga terbentuk karakteristik khas yang membedakannya dengan jenis katak yang lain. Perbedaannya dengan jenis katak lain dapat dilihat dari adanya selaput dari jari kaki, ukuran tubuh dan tekstur kulitnya.
Ordo Anura memiliki jumlah spesies sebanyak 2600 spesies yang diantaranya termasuk dalam famil Bufonidae. Ordo ini meliputi kodok dan bangkong yang dari segi morfologi keduanya memiliki perbedaan yang jelas, dimana istilah kodok digunakan untuk katak berkulit mulus yang menyukai tempat-tempat yang dekat denngan air, sedangkan bangkong merupakan katak yang memiliki tekstur kulit yang kasar atau berbintil-bintil dan lebih senang hidup dihabitat yang kering. Disamping itui, bangkong juga memiliki keistimewaan lain yaitu dapat mengenal habitatnya, walaupun menempuh perjalanan yang jauh. Bangkong hanya digunakan untuk menunjukkan anggota dari famili Bufonidae.
Famili Bufonidae terdiri dari 17 genus yang terdapat hampir diseluruh dunia, kecuali di Madagascar dan Australia. Ciri utama dari genus ini adalah dari struktur anatominya yaitu dikedua belah garis tengah lingkaran bahunya saling tumpang tindih pada bagian perutnya dan ruas-ruas tulang belakang yang procoelous yaitu bagian ruas tulang belakang yang berbentuk cekung pada bagian depannya. Salah satu genus dari family ini adalah Ansonia spinulifer yang merupakan hewan endemik dengan daerah penyebaran / distribusi yang sangat terbatas yaitu hanya ditemukan di pegunungan Meratus, Kepulauan Kalimantan sebanyak 12 spesies.
Dari data-data diatas dapat diketahu bahwa genus Ansonia merupakan genus yang sangat jarang ditemukan dan diteliti oleh para ilmuan karena jumlahnya yang semakin sulit ditemukan dan mengalami kepunahan akibat kondisi alam yang semakin memburuk, seperti terjadinya kebakaran hutan.
Ciri-ciri Morfologi Ansonia spinulifer
Semua anggota dari genus Ansonia dikenal dengan bangkong atau katak yang memiliki postur tubuh yang ramping. Salah satunya adalah Ansonia spinulifer atau dengan nama daerah yaitu bangkong puru berduri. Jenis katak ini bentuk tubuhnya kecil dan ramping, namun memiliki ukuran tubuh dan kaki-kaki yang relatife panjang. Pada kenyataannya, terdapat perbedaan yang nyata antara Ansonia spinulifer dewasa yang jantan dan betina, dimana katak dewasa betina memiliki ukuran tubuh yang lebih panjang jika dibandingkan dengan katak dewasa jantan. Ansonia spinulifer betina panjang tubuhnya mencapai 40-45 mm, sedangkan yang jantan panjang tubuhnya hanya 30-40 mm.
Ciri-ciri morfologi lain dari katak ini adalah mempunyai kepalanya yang kecil dan moncong yang ramping serta mancung. Lebar dari moncong itu sendiri sama dengan jarak antara kedua mata. Di daerah sekitar kepala terdapat canthus rostralis dengan ujung yang menonjol, tanpa ada penonjolan lainnya. Selain itu, diantara hidung dan mata terdapat daerah loreal (berupa sisik-sisik) yang bentuknya vertical, Adanya daerah interorbital di sekitar mata dimana lebarnya hampir dua kali lipat dari lebar kelopak mata atas, serta mempunyai tympanum yang nayta dan berukuran setengah dari diameter mata.
Tungkai bagian depan Ansonia spinulifer sedikit lebih pendek dari tungkai bagian belakang. Dimana ujung jari dari tungkai depan dan tungkai belakang bentuknya membulat, lembek dan tidak berselaput. Hanya bagian dasar dari jari kaki saja yang mempunyai selaput. Keadaan ini merupakan contoh dari adaptasi atau penyesuaian dari bentuk anggota tubuh dengan lingkungan tempat tinggalnya. Katak ini lebih menyukai daerah-daerah yang kering untuk habitatnya sehingga ia tidak memiliki selaput sepanjang jari kakinya (hanya pada bagian dasar jari kaki yang berselaput). Walaupun demikian, katak ini juga tidak mungkin meninggalkan air karena sudah menjadi cirinya sebagai hewan peralihan (tidak bisa lepas dari air). Jari kakinya tidak mempunyai tonjolan subarticular, yang ada hanya tonjolan yang besar, berbentuk oval dan pipih serta sebuah tonjolan kecil dibagian luar metatarsal. Tumit sejajar dengan daerah diantara mata dan tepi moncong.
Ansonia spinulifer jantan dan betina sama-sama memiliki tekstur kulit yang kasar. Keseluruhan bagian punggung ditutupi oleh tonjolan-tonjolan yang besar dan berbentuk seperti kutil yang berduri. Bagian atas tubuh dengan tonjolan ‘spinosa’ yang besar dan tidak seragam diberbagai tempat, kadang-kadang membentuk pola atau 4 garis longitudinal. Tonjolan lateral bergabung dengan dua lapisan tipis dorsolateral. Sedangkan tubuh bawah memiliki granula. Pada daerah bahu, kulitnya hanya berupa sisik-sisik kecil. Katak ini tidak mempunyai kelenjar parotoid seperti anggota dari genus Ansonia yang lainnya. Pertahanan diri hanya dengan mengandalkan lompatan yang cepat dan gesit. Semakin cepat gerakannya maka katak ini akan terbebas dari ancaman / musuh yang ada dihadapannya. Dengan tekstur kulit yang kasar maka tidak salah orang menyebut Ansonia spinulifer sebagai bangkong puru berduri.
Tubuh dan bagian atas kepala pada katak ini berwarna hitam / gelap dengan bercak-bercak yang berwarna kekuning-kuningan. Tubuh bagian atas dengan bercak-bercak berbentuk oval yang tidak beraturan dan tonjolan berwarna pink di bagian belakang. Di antara daerah bahu terdapat sisik-sisik kecil yang berwarna putih. Bagian sisi-sisi tubuh dengan corak yang berwana cerah, sedangkan bagian bawah tubuh atau permukaan perut berwarna gelap dengan bintik-bintik yang kecil berwarna cream atau berupa bintik-bintik marmer hitam yang jelas. Tungkai dengan beberapa bercak merah terang atau garis sempit yang tipis (Anonim)
Berdasarkan ciri-ciri morfologi di atas, dapat dilihat bahwa Ansonia spinulifer merupakan salah satu jenis katak yang memiliki ukuran tubuh yang kecil dan ramping. Hal ini merupakan wujud dari penyesuaian diri dari Ansonia spinulifer terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga terbentuk karakteristik khas yang membedakannya dengan jenis katak yang lain. Perbedaannya dengan jenis katak lain dapat dilihat dari adanya selaput dari jari kaki, ukuran tubuh dan tekstur kulitnya.
Reproduksi
Proses reproduksi pada Ansonia spinulifer hampir sama dengan cara reproduksi katak yang lain (Family Bufonidae). Perkembangbiakan dengan bertelur, dimana pembuahan terjadi diluar tubuh yaitu di dalam air dengan tujuan untuk menghindari dari kekeringan. Proses ini diawali dengan kemampuan dari bangkong jantan untuk menarik perhatian dari bangkong betina dengan bunyi panggilannya. Bangkong jantan akan memeluk bangkong betina erat-erat sambil berenang sampai yang betina menemukan rumput air. Setelah itu bangkong betina mengeluarkan untaian telurnya maka bangkong jantan menyemprotkan spermanya.
Kira-kira 12 hari setelah proses reproduksi, berudu akan menetas. Berudu dari Ansonia spinulifer berwarna hitam atau gelap dengan panjang sampai 20 mm. Kebiasaan dari berudu-berudu ini adalah berlindung di batu-batu yang besar dan mendapatkan makanan dari ganggang (Algae) yang menempel pada batu tersebut. Perkembangan dari berudu menjadi dewasa memerlukan waktu yang lama dan sangat tergantung pada kondisi lingkungan. Perubahan bentuk dari berudu menjadi katak dewasa disebut dengan proses metabolisme.
Habitat dan Penyebaran (Distribusi)
Ansonia spinulifer dewasa banyak ditemukan di semak belukar, di bawah rumpun-rumpun bambu dan di balik batu-batu besar di suatu aliran air yang jernih dan terdapat di hutan primer pegunungan meratus (kawasan hutan hujan tropis) dengan ketinggian dibawah 700 meter dari permukaan laut (Anonim). Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Ansonia spinulifer merupakan salah satu jenis bangkong yang banyak hidup atau menyukai tempat-tempat yang kering (jauh dari air) untuk dijadikan habitatnya, khususnya di pegunungan meratus hutan hujan tropis. Akan tetapi bangkong ini akan tetap memerlukan daerah-daerah yang berair untuk beberapa periode, seperti pada musim berbiak dan selama proses perkembangbiakan.
Daerah penyebaran dari Ansonia spinulifer sangat terbatas karena hewan ini merupakan salah satu hewan endemik di dataran rendah Kalimantan. Lokasi penyebarannya terutama di pegunungan meratus Kalimantan Selatan dan sebagian ada di Serawak yaitu di gunung gading (Anonim). Selain di kawasan Kalimantan tidak ditemukan lagi adanya jenis bangkong ini karena hewan ini memiliki karakteristik yang khas untuk daerah tempat tinggalnya. Berdasarkan sempitnya daerah penyebarannya, sekarang ini populasi dari Ansonia spinulifer sangat jarang ditemukan lagi, faktor utama kepunahannya adalah karena banyaknya kerusakan alam / lingkungan akibat bencana alam atau aktifitas manusia. Kenyataan ini terlihat dari kurangnya informasi mengenai jenis bangkong ini.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Blog Indahnya Berbagi
Tambah Yuk
Widget by IB | Template Design

Artikel Terkait:

Widget by:IB | Template Design

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mengenai Saya

Foto Saya
Agung Supriyanto
Imajinasi adalah penguasa dunia
Lihat profil lengkapku

Daftar Blog Saya

Pengikut

© 2009 Free Blogger Template powered by Blogger.com | Designed by Amatullah |Template Design