Senin, 16 Januari 2012

Burung Walet

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Burung walet merupakan burung yang hidup di daerah yang beriklim tropis lembab, dan merupakan burung pemakan serangga yang suka tinggal di dalam gua-gua dan rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang dan sampai gelap dan menggunakan langit-langitnya untuk membangun sarang dan berkembang biak.
Berdasarkan penelitian para pakar gizi sarang burung walet mengandung glyco protein yg esen nya sangat baik untuk kesehatan tubuh manusia. Dalam penelitian Kementerian Kesehatan RI sarang burung walet mengandung protein, karbohidrat, dan lemak. Hal ini yang mengakibatkan sarang burung walet sangat diminati dan membuat harga sarang burung walet sangat tinggi di pasaran dunia.
Mengingat harga yang sangat tinggi membuat banyak masyarakat di Indonesia melakukan pembudidayaan walet dengan membuat rumah atau gedung-gedung bertingkat untuk dijadikan sebagai tempat habitat burung walet sehingga tidak heran jika yang membuat Indonesia menjadi salah satu negara penghasil dan pengekspor sarang burung walet terbesar di dunia, yaitu sekitar 60% kebutuhan pasar di penuhi dari Indonesia. Saat ini pengusaha walet dalam melakukan penghitungan jumlah walet yang tinggal di dalam gedung menggunakan dilakukan secara manual menggunakan alat bantu hand tally counter sehingga memiliki resiko kesalahan.
Bedasarkan permasalahan di atas dirancanglah suatu sistem alat penghitung burung walet yang masuk ke dalam gedung dan yang keluar ke luar gedung secara otomatis, dengan demikian pengusaha akan mendapatkan informasi tentang perkembangan populasi dalam gedung dan mengetahui hasil yang akan didapatkan pada saat panen.


B.Rumusan Masalah
Bagaimana taksonomi dan etimologi, anatomi dan fisiologi, venom dan elektrolocation, ekologi dan perilaku, reproduksi, evolusi, serta status konservasi dari Collacalia fuciphaga.

C.Tujuan
Untuk mengetahui taksonomi dan etimologi, anatomi dan fisiologi, venom dan elektrolocation, ekologi dan perilaku, reproduksi, evolusi, serta status konservasi dari Collacalia fuciphaga.

BAB II PEMBAHASAN

A.Taksonomi dan Etimologi
Di sekitar seratus tahun yang lalu, kimiawan Jerman Fisher (Emil fischer) telah membuktikan kombinasi dari asam amino protein ke dalam rantai polipeptida, sebagai bagian dari air mati setelah pembentukan glisin dua glisin. Kunci untuk pertumbuhan disebut ikatan peptida. Jika Anda terus bereaksi, bisa menghasilkan banyak residu asam amino yang mengandung peptida.
Walet berasal dari famili Apopidae yang Penyebarannya hingga ke seluruh dunia. Pada dasarnya, famili Apopidae terdiri atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah genus Chaetura (walet ekor duri), genus Collocalia (walet gua), dan genus Cypseloides (walet hitam dari Amerika Utara). Sementara itu, kelompok kedua hanya sate genus, yaitu Apus. Menurut data, walet memiliki hubungan yang lebih dekat dengan burung kolibri dari famili Trochilidae di Amerika, karena keduanya termasuk ke dalam ordo Apodiformes.
Walet gua atau Collocalia tercatat memiliki 26 spesies, dan 12 spesies di antaranya ditemukan di Indonesia. Namun, dari sekian banyak spesiesnya, hanya dua spesies yang namanya terkenal dalam dunia bisnis walet, yaitu Collocalia fuciphaga dan Collocalia maxima. Pasalnya, sarang yang dihasilkan dari kedua spesies inilah yang banyak diburu sejak ratusan tahun lalu. Umumnya, C fuciphaga banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan juga di beberapa pulau di Nusa Tenggara. Sementara itu, C maxima banyak ditemukan di Kalimantan dan Sumatera. Bahkan, oleh para ahli walet, kedua spesies tersebut dibedakan lagi ke dalam beberapa jenis kelompok atau ras. Jadi, C fuciphaga di Jawa dan Kalimantan belum tentu berasal dan ras yang sama.
Klasifikasi burung wallet (Collacalia fuciphaga.) adalah sebagai berikut:
Gambar:
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Superordo : Apomorphae
Ordo : Apodiformes
Familia : Apodidae
Sub Familia : Apodenae
Genus : Collacalia
Species : Collacalia fuciphaga.


B.Anatomi dan Fisiologi
Organ ginjal walet terletak retroperitonial pada rongga synsacrum, di kaudal paru-paru. Secara makroskopis organ ginjal wallet berbentuk irregular, berwarna merah keunguan. Ginjal walet membulat, memiliki ukuran panjang ginjal 6,9% dari panjang tubuhnya. Secara mikroskopis ginjal walet memiliki glomerulus medula yang lebih besar dibanding glomerulus korteks.
Collacalia fuciphaga. mempunyai sayap yang berotot kuat, otot dada kekar, sehingga mampu terbang jarak jauh dan dalam waktu yang lama. Mempunyai kaki yang kecil dengan kuku yang tajam biasanya digunakan untuk .menggantung pada dinding karang. Sarang Collacalia fuciphaga. terbuat dari air liurnya, ada juga jenis yang membuat sarang dicampur bahan lain (bulu), tetap direkat dengan air liurnya

1.Venom
Berdasarkan penelitian para pakar gizi sarang burung walet mengandung glyco protein yg esen nya sangat baik untuk kesehatan tubuh manusia. Dalam penelitian Kementerian Kesehatan RI sarang burung walet mengandung protein, karbohidrat, dan lemak. Hal ini yang mengakibatkan sarang burung walet sangat diminati dan membuat harga sarang burung walet sangat tinggi di pasaran dunia.
Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya (saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.

2.Electrolocation
Burung Walet Collacalia fuciphaga. merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon. Di Indonesia burung walet kadangkala disebut juga burung Lawet (terjadi perlompatan phoneme: Walet-Lawet). Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama swiftlet. Dalam hubungannya dengan “sarang burung” yang dihasilkannya, burung walet yang bermacam-macam jenisnya ini juga berbeda satu sama lain dalam kualitasnya, misalnya:
a.Yang dapat menghasilkan sarang burung kualitas terbaik, sempurna dimana seluruh sarangnya terbuat hanya dari air liurnya tanpa campuran bahan lain. Sebaliknya ada sarang burung yang dihasilkan oleh burung walet yang kotor karena banyak bulu, pencemaran lain.
b.Ada sarang burung dalam keadaan sangat “keras” atau “kenyal”, ada pula yang tipis, keropos, mudah remuk dll. Sarang burung jenis kenyal atau tipis dan rapuh ini dipengaruhi oleh kondisi perhuniannya.
Kehidupan walet memang terbilang unik. Pasalnya, dari mencari makan hingga berkembang biak semua dilakukan di udara. Itulah sebabnya burung ini dikategorikan burung layang atau swifts.

C.Ekologi dan Perilaku
Hubungan antara burung walet dengan lingkungan hidupnya yang terpenting adalah keberadaan serangga kecil sebagai pakannya. Jenis-jenis serangga yang menjadi mangsa walet diantaranya: semut bersayap, laron, belalang kecil, kumbang, dan wereng.
Burung walet adalah salah satu jenis burung yang menghasilkan sarang bernilai ekonomis tinggi. Selain bernilai ekonomis, burung walet juga memiliki nilai ekologis yang memegang peranan penting sebagai pengendali hama serangga tanaman budidaya karena makanan burung walet adalah serangga tanaman budidaya karena makanan burung walet adalah serangga yang ditangkapnya ketika terbang.
Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.
Sekitar jam 05.00 pagi, menjelang matahari terbit, burung-burung walet keluar dari sarang-sarangnya, langsung keluar dan mendatangi daerah perburuannya untuk mencari serangga. Mereka dengan gesit menyambar serangga-serangga yang beterbangan di udara, bahkan menyambar juga serangga-serangga yang berloncatan di atas rerumputuan atau pohon-pohon tempat perburuannya. Di daerah ini biasa mereka berburu dari jam 05.00 pagi sampai sekitar jam 10.00 pagi, saat mana serangga-serangga mulai menyembunyikan diri dibalik daun-daun atau batang-batang tetumbuhan. Sesudah jam 10.00 biasanya mereka berpindah perhatian pada semak-semak atau pepohonan yang lebih tinggi, hutan, perkebunan dan lain-lain.
Di daerah ini mereka masih dapat menemukan makanannya sampai sekitar tengah hari antara jam 11.00-12.00 siang. Sementara udara kian panas oleh matahari, antara jam 13.00 sampai sekitar jam 15.00, biasanya mereka memindahkan kegiatannya keatas perairan (laut, sungai, rawa, danau) untuk memburu serangga air.
Menjelang senja, sebelum kembali ke sarang, mereka biasanya kembali ke daerah persawahan, padang rumput dll. Untuk memburu serangga di tempat mereka berburu pada pagi harinya. Kegiatan akhir perburuannya ini berlangsung sampai menjelang matahari tenggelam, sekitar jam 16.00-18.00. Kemudian kembali ke sarangnya. Berbeda dengan waktu meninggalkan sarang pada pagi harinya yang berlangsung menuju daerah perburuan, pada waktu mau masuk gua, rumah atau sarang, burung walet biasa berputar-putar dahulu di angkasa dan baru masuk ke dalam sarang setelah matahari gelap. Mereka berbondong masuk gua atau rumah yang khusus dibuatkan orang untuknya. Selama perburuan siang hari kadangkala mereka kembali ke sarang untuk mengeram bergantian atau menyuapi anak-anaknya (musim berbiak).

D.Reproduksi
Musim kawin dan berbiak menjelang musim hujan sampai akhir musim hujan, dengan demikian ketika telurnya mulai menetas, alam menyediakan cukup banyak serangga bagi mereka dan anak-anaknya. Pada umumnya untuk Indonesia, daerah sebelah selatan garis Khatulistiwa mereka bertelur mulai September sampai April, sedang untuk daerah utara Khatulistiwa mulai April sampai September, sebagian kecil yang berbiak di luar musim hujan. Telur yang dihasilkan sebanyak 2 butir dan dierami bergantian sekitar 3 minggu. Setelah menetas anak-anak itupun diasuh berdua sampai mampu terbang dan berburu serangga sendiri pada umu sekitar satu setengah bulan (45-47 hari)
Sarang burung walet dibuat secara berpasangan sebelum mereka bertelur. Pembuatannya cukup makan waktu karena dibuat dengan air liurnya. Cepat lambatnya pembuatan sarang ini tergantung pada musim. Pada musim kemarau, misalnya: pada saat makanan kurang, pada saat kondisi burung walet tidak menguntungkan karena kurangnya makan dan lain-lain, sarang mereka kadangkala baru bias terselesaikan setelah makan waktu lebih dari dua bulan.

E.Evolusi
Pada dasarnya burung walet adalah burung liar, yang hidup berkoloni di goa-goa alam di pantai karang yang terjal, atau di goa-goa bukit kapur di dataran rendah yang tidak lebih dari 500m dari permukaan laut. Dalam goa-goa alam dimana sekelilingnya adalah hutan belantara. Keadaan di dalam goa tersebut mempunyai kelembaban yang cukup tinggi sekitar 75% sampai 90% dengan suhu berkisar 23o C sampai 29o C. Burung walet tersebut hinggap pada dinding goa dengan kuku jarinya yang kuat. Di dinding goa tersebut mereka membuat sarang sebagai sarana untuk berbiak mengembangkan keturunannya.
Sesungguhnya rumah-rumah walet dahulu kala terjadi karena kebetulan saja. Pada rumah-rumah kuno umumnya berdinding tebal, bertembok tinggi dengan plafon yang penuh pilar-pilar tebal. Kondisi rumah yang demikian ini menjadikan suasana yang tenang, suhu dan kelembabannya stabil sehingga mirip dengan suasana goa.
Karena sebab-sebab tertentu sekelompok burung walet meninggalkan perhunian aslinya, meninggalkan koloni asalnya, yang akhirnya nyasar ke rumah-rumah tua tersebut yang punya kondisi mirip habitat aslinya. Lalu membuat sarang di situ, selanjutnya berkembang biak.
Lalu kenapa burung liar penghuni goa alam tersebut ada yang pindah/migrasi dari habitat aslinya?. Ada beberapa faktor kemungkinan yang menyebakan burung tersebut pindah, antara lain:

a. Faktor Gejala Alam
Faktor ini bisa disebabkan oleh adanya bencana alam, misalnya akibat gempa bumi, tanah longsor dlsb. Atau akibat lubang masuk goa tidak ideal lagi, karena terlalu open atau justeru tertutup oleh pepohonan liar yang mengakibatkan kurang nyamannya sebagai tempat hunian.
b. Faktor Gangguan Musuh-musuh Walet
Bisa karena adanya faktor binatang yang mengganggu “stabilitas nasional” mereka, seperti ular, tikus, elang, burung hantu dan binatang lain.Atau mungkin juga karena ulah manusia yang cenderung mengeksploitasi sumberdaya alam tanpa memperhitungkan wawasan lingkunganya.
c. Faktor Kurangnya Daya Dukung Pakan
Yang dimaksud adalah kawasan sekitar goa perhunia walet. Daerah jelajah walet dalam mencari makanan mencapai radius +/- 25 km dari lokasi sarangnya. Daya dukung pakan ini bisa berkurang karena adanya penggundulan hutan atau adanya kebakaran hutan termasuk “pembakaran hutan”. Atau justeru populasinya yang meroket tajam sehingga keseimbangan makanan dan populasi timpang tidak seimbang. Faktor daya dukung pakan ini di duga kuat yang menyebabkan populasi walet di Pulau Jawa kini menurun drastis. Karena kita tahu bagaimana kerusakan lingkungan (hutan) kita yang sangat parah. Ironisnya, hutan-hutan di luar Jawapun sama, malah bisa-bisa lebih parah. Karena itu jika keadaan lingkungan kita tetap seperti sekarang ini, suatu saat Indonesia yang dikenal sebagai Industri walet terbesar di dunia hanya tinggal sejarah. Burung walet akan hengkang ke suatu habitat yang bisa menjamin konsumsi /pakannya. Dan itu hanya tempat dimana hutan-hutanya relatif sehat.
d. Faktor Banyaknya Populasi
Semakin banyaknya populasi walet dalam goa bisa mengakibatkan berpindahnya walet dari goa. Hal ini disebabkan karena sudah tidak ada tempat lagi yang memungkinkan untuk dipakai membuat sarang.

e. Faktor Kehilangan Jejak
Kehilangan jejak menuju goa tempat bersarang, mengakibatkan burung walet tidak bisa kembali setelah berburu makanan. Faktor ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain: karena terbawa angin kencang yang kerap terjadi. Atau akibat berpetualang terlalu jauh sehingga terpisah dari koloninya, akhirnya kemalaman di perjalanan dan mencari tempat peristirahatan yang dianggap aman dan nyaman/sesuai untuk bersarang.

F.Status Konservasi
Status Populasi- Estimasi populasi nasional: 8 juta ekor untuk C. fuciphaga
dan 14 juta ekor untuk C. maxima; tidak termasuk jenis dilindungi.
Kelestarian Hasil Sarang Gua-Pemda setempat mengatur pengelolaan gua
alam melalui sistem lelang sistim konsesi gua tahunan mengakibatkan kelestarian
produksi sarang (khususnya sarang putih) dari gua sangat diragukan.
Status dalam CITES- Pemerintah Italia mengajukan usulan untuk
memasukkan sarang walet ke salam Appendix II pada COP IX (Fort Laudardale,
USA); Indonesia telah mengadakan workshop internasional tentang kelestarian walet
dan sarang walet (Surabaya, November 1996); dalam COP X (Harare, Zimbabwe)
usulan untuk memasukkan walet Appendix II telah dicabut.
Peraturan Perundangan- Departemen Kehutanan (cq Ditjen PHPA) telah
mengeluarkan Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarang Gua, sebagai salah satu upaya
melestarikan hasil sarang gua; beberapa Pemda telah pula memilki Perda yang
berkenaan dengan pengelolaan sarang walet yang berada di wilayahnya.
Konservasi dimaksud untuk perlindungan jangka panjang dari Collacalia fuciphaga dalam habitat buatan agar tidak punah. Langkah yang harus dilakukan dalam konservasi adalah:
1.Membudidayakan burung walet dalam habitat buatan yaitu dalam gedung.
2.Mengidentifikasi ancaman utama yang secara signifikan yang berdampak pada spesies ini.
3.Mengidentifikasi kesenjangan dalam pengetahuan yang ada persyaratan habitat dan pengelolaan spesies ini dan penelitian prioritas.
Ada beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang burung walet yaitu: lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan, faktor makanan, serta teknik memancing walet. Semua faktor ini sangat penting untuk keberhasilan budidaya sarang burung walet. Disamping itu gedung burung walet harus seperti gua liar, karena itulah habitat asli burung walet.


BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN
1.Burung Walet Collacalia fuciphaga. merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur.
2.Sarang walet yang terbuat dari air liurnya, berguna untuk menyembuhkan paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.
3.Klasifikasi burung wallet (Collacalia fuciphaga.) adalah sebagai berikut:

Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Superordo : Apomorphae
Ordo : Apodiformes
Family : Apodidae
Sub Family : Apodenae
Genus : Collacalia
Species : Collacalia fuciphaga.
4. Ada beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang burung walet yaitu: lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan, faktor makanan, serta teknik memancing walet.

B. SARAN
Untuk menjamin kelangsungan hidup Collacalia fuciphaga. dari berbagai ancaman yang berasal dari manusia dan lingkungan perlu adanya tindakan konservasi. Konservasi dilakukan dengan cara membudidayakan burung walet dalam habitat buatan yaitu gedung, bertujuan agar Collacalia fuciphaga. tidak mengalami kepunahan.


DAFTAR PUSTAKA

Adiwibawa, Eka. 2000. Pengelolaan Rumah Walet. Yogyakarta: Kanisius.
Budiman, Arif. 2002. Budidaya Seriti Murah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Chantler, Phil & Driessens, Gerald. 2000. Swifts: A Guide to the Swifts and Treeswifts of the World, 2nd ed. East Sussex: Pica Press.
Jordan, David. 2004. Globalisation and Bird's Nest Soup International Development Planning Review. Liverpool: Liverpool Unviversity Press.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Blog Indahnya Berbagi
Tambah Yuk
Widget by IB | Template Design

Artikel Terkait:

Widget by:IB | Template Design

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mengenai Saya

Foto Saya
Agung Supriyanto
Imajinasi adalah penguasa dunia
Lihat profil lengkapku

Daftar Blog Saya

Pengikut

© 2009 Free Blogger Template powered by Blogger.com | Designed by Amatullah |Template Design